Solo Hiking: Antara Manfaat dan Bahaya nya

Foto ini sepenuhnya dimiliki pemilik akun

     Hai sobat gunung! bagi yang terbiasa bepergian bersama dengan orang lain, dan juga mendaki gunung bersama kelompok, tidak ada salahnya untuk mencoba pilihan mendaki sendirian atau solo hiking. Banyak anggapan bahwa solo hiking menyeramkan dan membosankan. Meskipun banyak kekhawatiran dan bahaya yang nyata menghadang, ada manfaat yang didapat ketika melakukan solo hiking.

Manfaat solo hiking

    Berada di jalur sendirian, bisa merasakan berbagai manfaat dalam banyak hal, diantaranya:

  • Kesehatan Spiritual

kesendirian memberikan waktu untuk self-examination, pilihan relaksasi dari kompetisi di kota untuk sementara waktu, kesempatan untuk bermeditasi dan berkontemplasi (merenung dan berpikir).

  • Mengasah Outdoor Skills

ketika menjadi bagian dari sebuah kelompok, mudah bagi kita untuk mengandalkan keterampilan orang lain. Seperti untuk menentukan yang mana jalur pendakian, memasak makanan, membuat keputusan sulit, dan membuat diri tetap nyaman. Tetapi solo hiking bergantung pada pengetahuan dan keterampilan diri sendiri. Kuncinya adalah memastikan kalau kita punya outdoor skills yang mumpuni.

  • Ritme Jalan

Ketika bersama grup pendakian, kita hanya bisa bergerak secepat anggota yang paling lambat. Itu berarti setiap orang akan melaju lebih cepat atau lebih lambat dari yang mereka inginkan. Dalam artian kita tidak bisa menghendaki ritme jalan sendiri melainkan menyesuaikan dengan ritme jalan anggota kelompok. Tetapi saat solo hiking, kita dapat dengan bebas mengatur kecepatan pergerakan kapanpun yang kita inginkan.

  • Fleksibilitas

Perubahan kecepatan berjalan, lokasi berkemah, rute, istirahat, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pendakian dapat dilakukan sesuai keinginan. Kita terbebas dari persetujuan kelompok dan menikmati jalur. Tetapi jika ada perubahan rencana, penting untuk memberikan kabar kepada seseorang agar nantinya jika terjadi hal yang tak diinginkan, dapat ditemukan.

  • Hadapi Ketakutan

Banyak dari kita yang memiliki ketakutan tak berdasar. Takut bertemu binatang buas, takut kegelapan, takut ketinggian, takut kesendirian, badai, apapun itu. Solo hiking menjadi salah satu pilihan untuk setidaknya berani menghadapi ketakutan hingga dengan sendirinya dapat teratasi.Karena jika menyangkut mental, ini perlu pembiasaan terhadap diri karena tidak semua orang mau untuk menghadapi ketakutan sendiri.

  • Bertemu Alam dan Satwa Liar

Hiking dengan berkelompok tidak banyak harapan untuk menemukan satwa liar dan langka. Suara bising dari percakapan, bau, dan banyak faktor lain akan membuat satwa liar tersebut menjauh. Meskipun ada beberapa satwa seperti babi, monyet dan tupai yang mendekat tetapi jika mendaki solo hiking akan memiliki lebih banyak kesempatan melihat berbagai macam binatang - binatang. Dengan mendaki di pagi hari dan mendaki lebih lama, akan memberikan kesempatan lebih banyak bagi kita untuk bertemu satwa - satwa liar tersebut. Mendaki berkelompok memungkinkan untuk tidak membiarkan kita bercengkrama dengan kupu - kupu, bunga, air terjun, awan, ataupun jejak binatang.

  • Tanggung Jawab

Solo hiking dapat memungkinkan kita untuk mengapresiasi diri setelah selesai melakukan petualangan sendiri. "Ternyata bisa juga ya" "Alhamdulillah masih sehat dan baik - baik aja. ternyata bisa" kalimat - kalimat ini terlontar atas bentuk apresiasi diri, karena tanggung jawab atas keberhasilan menjalani petualangan sepenuhnya jadi milik kita serta kebanggaan menyelesaikannya. Tanggung jawab untuk meminimalkan dampak, tetap aman, mengingat jalur, dan mandiri merupakan bagian dari solo hiking.

Kekhawatiran Saat Solo Hiking

    Bepergian sendiri memang memiliki beberapa kekurangan yang harus diatasi jauh sebelum menginjakkan kaki di jalur pendakian.

  • Kesepian

Pengurasan mental dari keterasingan diri adalah kelemahan besar bagi solo hiking. Menilai secara jujur bagaimana hal ini mempengaruhi kita sebagai cara untuk menghadapinya adalah langkah perencanaan yang penting. Sudahkah pernah menikmati memutar musik atau membaca buku selama berjam - jam atau bahkan berhari - hari? Tetapi tetap perlu diingat bahwa ketika pendakian, kita tidak mendengar kebisingan kota, lalu lintas dan segala macam hal lainnya mungkin tetap menjadi hal yang tak perlu dikhawatirkan. Karena kita merasa aman mengetahui ada orang - orang di sekitar kita walaupun keseharian kita hanya sendiri. Berbeda halnya dengan mendaki gunung sendiri, kita benar - benar sendiri dan tidak ada satupun suara yang mengingatkan kita akan rasa aman tadi.

  • Beban Hati

Dengan adanya orang lain disekitar, mereka dapat mendorong dan mendukung saat kita merasa kelelahan dan sedih serta marah atas apapun yang terjadi ketika mendaki berkelompok. Jika hanya ada diri sendiri, kejadian yang buruk mungkin cukup membuat kita berpikir untuk kembali dan kembali ke rumah. 

  • Beban Berat Peralatan

Jangan berharap ada yang meringankan beban barang bawaan di pundak ketika solo hiking. Tetapi karena hanya kita sendiri, perlengkapan ekstra harusnya berkurang. Tenda, alat masak, manajemen air, kotak p3k, pun berkurang karena menyesuaikan dengan jumlah anggota kelompok. 

Bahaya Nyata Yang Dihadapi

    Sendiri atau tidak, ada bahaya nyata yang menunggu dalam pendakian.

  • Tersesat

Tersesat adalah masalah umum bagi solo hiking. Untuk itu pastikan ilmu navigasi kita baik saat akan mendaki solo. Ada sistem STOP (Stop, Think, Observe, and Plan) bagi pendaki jika kita tersesat. Mencari referensi gunung yang akan di daki merupakan salah satu alternatif meminimalisir masalah ini. Banyak gunung - gunung di Indonesia yang jalur pendakiannya saat ini agak lebar dan jelas untuk diikuti sebagai jejak manusia. Dan salah satu ciri khas pendakian di Indonesia, yaitu sampah. Sampah bisa menjadi penuntun untuk kembali ke jalur pendakian resmi. 

  • Manusia

Terutama bagi wanita, ada baiknya berhati - hati saat bertemu dengan orang baru. Tujuannya agar kita mengetahui terlebih dahulu sifat mereka saat mengobrol dan tidak terlalu terbuka masalah yang sebenarnya pribadi. Tetap ramah tetapi jangan sampai lengah.

  • Hewan

Ini mungkin kasus yang jarang terjadi. Berita - berita mengenai serangan hewan buas yang menyerang pendaki pun jarang terlihat. Karena pada dasarnya hewan - hewan liar menyerang untuk melindungi diri. Ada baiknya untuk tidak membawa makanan kesukaan hewan - hewan buas tersebut agar kita tetap terlindungi. Serangga, ular dan monyet juga jangan dianggap tidak berbahaya, ada baiknya untuk tetap melindungi diri ketika melihat atau bertemu di jalur. Selain itu, jika menemukan jejak hewan yang masih baru, ada baiknya tidak berisik dan mengundang bahaya pada diri kita.

  • Kondisi Iklim dan Cuaca di Alam

Angin, hujan, badai, petir, terik matahari, gempa bumi, batu jatuh, pohon tumbang, dan kebakaran hutan. Mengetahui cara membaca kondisi alam adalah hal yang sebaiknya dikuasai jika mendaki solo. Memiliki perlengkapan yang tepat untuk melindungi diri dari cuaca buruk juga salah satu penunjang. DIrikan tenda atau flysheet di tempat yang aman, tidak di tempat tinggi, tempat terbuka, dekat tebing, dibawah pohon besar yang lapuk, atau didekat bibir sungai.

  • Cedera

Ini merupakan salah satu hal paling merepotkan karena kita tidak punya teman untuk menyelamatkan diri kita. Tidak peduli seberapa baik mempersiapkan peralatan dan diri atau seberapa hati - hati saat mendaki, cedera selalu menjadi kemungkinan terbesar di alam liar. Mungkin masih bisa diminimalisir ketika track yang dilalui mempunyai jalur yang cukup terawat dan cukup jelas, terlebih di gunung - gunung Indonesia. Resiko cedera seperti tersandung, jatuh, terpeleset dan terkena bongkahan batu merupakan kasus yang cukup sering dijumpai di gunung saat ini. Ada baiknya persiapkan p3k selengkap mungkin dan jangan lupa belajar tentang PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat).


    Memutuskan untuk melakukan solo hiking atau tidak, sepenuhnya keputusan kamu. Apakah ingin pergi sendiri, dengan beberapa teman, atau dengan kelompok besar (seperti ikut dalam trip pendakian), ada konsekuensi yang perlu dipersiapkan untuk menjalaninya. Jika merasa mempunyai tekad yang kuat, ilmu yang mumpuni dan budget yang cukup, tidak ada salahnya untuk mencoba. Tetapi perlu diingat, kemanapun dan dimanapun latih diri untuk tidak membuang sampah sembarangan. Terlebih saat solo hiking, memang tidak ada yang mengingatkan, tetapi jangan mengotori lingkungan karena tidak ada yang melihat. Tetap jaga lingkungan dan alam liar, salam lestari!

Komentar